Jumat, 06 Januari 2017

Prasangka, Sederhana namun Tak Terduga



Setiap manusia tentunya suka berprasangka. Ya, aku akan jawab sangat tentu. Bahkan, tak sedikit juga orang-orang membuat suatu komunitas atau grup yang pada dasarnya hanya untuk membahas atau membicarakan isu-isu di sekitarnya terutama berprasangka terhadap sesuatu hal atau orang lain. Ini benar-benar terjadi, dan bukan hanya perempuan yang notabenenya mendapakan stempel CEREWET atau SUKA NGRUMPI, tak sedikit juga laki-laki yang suka bergosip-ria atau yang trend disebut NYINYIR. Fenomena ini kadang terjadi juga secara tidak sadar, ketika kita sedang asik bergurau dengan teman-teman dekat kita, tiba-tiba saja ada ucapan atau pembicaraan yang mengawali desas-desus di sekitar kita. Kondisi mengawali ini biasa kita sebut memantik pembicaraan. Prasangka memang sangat melekat kuat dengan kehidupan kita. Bahkan, penulis sendiri seringkali tidak sadar, jika sedang mempersangkakan sesuatu hal.

Prasangka sebagaimana dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki makna pendapat (anggapan) yang kurang baik mengenai sesuatu sebelum mengetahui (menyaksikan, menyelidiki) sendiri. Dari definisi tersebut, lebih tepat apabila prasangka disinonimkan dengan kata CURIGA. Namun, ada beberapa hal “aneh” yang penulis temukan. Ada yang membuat frasa prasangka baik dan prasangka buruk. Apabila menilik dari definisi tersebut, maka ketika kita menyebutkan prasangka baik berarti ada sesuatu pendapat yang kurang baik namun dapat dinilai baik, sedangkan prasangka buruk berarti sesuatu pendapat yang kurang baik, dan dinilai memang buruk. Penulis mencoba untuk memahami kedua frasa ini dengan pengetahuan seadanya. Dan penulis menyimpulkan bahwa terkadang sesuatu yang buruk belum tentu memberikan kenyataan yang buruk, terlebih jika itu hanya sebuah anggapan atau pendapat, dan pada beberapa kasus, mungkin hal yang buruk memang memberikan dampak yang buruk. Namun, penulis juga menambahkan bahwa baik dan buruknya kenyataan memang tergantung dari perspektif tertentu. Bukan berarti bahwa tidak ada yang baik secara mutlak ataupun buruk secara mutlak, namun perlu kita sadari bahwa bagi penulis, baik atau buruknya sesuatu secara mutlak hanya bisa ditentukan oleh Tuhan semata, dan kita manusia hanya bisa melihat sebagian kecilnya saja. Hal ini didasarkan karena bagi penulis kita boleh bilang kita tahu semuanya yang terjadi di depan mata kita masing-masing, bahkan secara kasat mata kita ada di tempat melihat semua kejadian yang diduga tersebut, misalnya. Namun, kita tidak pernah tahu secara jelas apa yang ada di pikiran dan hati para “pemeran” dari kejadian tersebut. Secara tidak langsung, para pembaca tadi sudah menjalani sedikit-kecil gambaran bagaimana awal dari berprasangka melalui tulisan di atas.

Prasangka baik dalam kehidupan sehari-hari erat hubungannya dengan berpikir positif. Namun, ada beberapa hal yang membedakan mereka. Prasangka baik adalah dugaan baik sebelum mengetahui sendiri kenyataannya, namun berpikir positif artinya selalu berpikir bahwa segala hal yang terjadi, baik ataupun buruk selalu ada hal positif yang bisa kita petik dan menjadi energi positif bagi kita untuk melangkah maju ke depan. Keduanya memang saling mendukung. Belajar berprasangka baik merupakan langkah awal dalam berpikir positif.

Setelah mengetahui sedikit-kecil tentang prasangka. Penulis ingin memberikan sedikit pemikiran penulis yang tanpa sengaja terlintas di benak. Kita tahu bahwa baru-baru ini pemerintah mengumumkan kenaikan biaya non pajak seperti pembuatan STNK, BPKB dan lain-lain. Setelah desas-desus mengenai informasi ini tersampaikan, masyarakat berbondong-bondong memenuhi kantor samsat, untuk melunasi pajak-pajak kendaraan bahkan mengurusi surat-surat kelengkapan kendaraan sebelum waktu kenaikan biaya itu tiba. Padahal, pajak kendaraan tidak termasuk dalam perihal kenaikan biaya tersebut. Ada kesalahan persepsi disini. Masyarakat banyak menilai bahwa kenaikan biaya ini sangat memberatkan rakyat. Namun, ada hal positif yang dapat kita ambil disini. Dengan desas-desus tersebut, masyarakat menjadi sadar bahwa menyelesaikan surat-surat kendaraan itu adalah penting dan membayar pajak tepat waktu itu adalah penting, bagi pendapatan negara yang akhirnya juga akan digunakan bagi pembangunan di berbagai wilayah. Mungkin ada yang berpikir banyak pejabat korupsi, dan semakin banyak pendapatan negara, semakin besar jumlah pendapatan yang bisa di korupsi? Bagi penulis ini hal yang berbeda. Korupsi adalah kasus lain.

Bagian kedua yang terpikir dalam benak penulis adalah mengenai desas-desus kebijakan impor beberapa kebutuhan pokok. Beberapa masyarakat mungkin memprotes ini. Dan berprasangka buruk, dan mungkin ini masih desas-desus. Bagi penulis, desas-desus ini terkadang perlu untuk diciptakan. Karena melalui isu inilah masyarakat akhirnya terdorong untuk mencegah Indonesia mengimpor. Walau masih ada, bahkan banyak orang beranggapan negatif mengenai isu ini, maka penulis ingin agar kita memaknai atau beranggapan positif-lah akan kebijakan tersebut. Lawanlah isu ini dengan melangkah positif, yaitu melindungi Indonesia dari impor tersebut dengan meningkatkan produktivitas dalam negeri di berbagai sektor terkait, yang tentunya melalui berbagai cara efektif yang nyata.

Bagian terakhir adalah mengenai orang tua khususnya Ibu. Kita tentunya pernah dimarahi oleh orang tua, karena kita sering berada di luar rumah atau bermain bersama teman-teman di luar. Mungkin beberapa orang tua bisa menerima itu, namun beberapa lainnya ada yang merasa kesepian karena kita selalu meninggal orang tua kita di rumah. Penulis mengajak kita semua agar beranggapan positif pada hal ini. Karena faktanya, kita lebih sering mengutamakan “main”nya. Dan kadang kita merasa benar, karena argumen-argumen kita, namun setelah kita renungkan kembali, ada beberapa hal yang missed. Orang tua kita tidak pernah meninggalkan kita sendiri di rumah, bahkan ketika terpaksa meninggalkan kita, mereka pasti khawatir. Pertanyaan dari penulis, apakah ketika kalian meninggalkan orang tua sendiri di rumah, kalian merasa khawatir? Apa kalian berpikir “kan mereka udah dewasa/besar, bisa jaga diri sendiri”? Penulis berharap untuk pertanyaan pertama terjawab ‘iya’, dan yang kedua terjawab ‘tidak’. Sejatinya, orang tua juga membutuhkan perhatian kita, terlebih jika kita sudah mulai remaja. Mereka juga membutuhkan kedewasaan kita dalam berpikir dan bertindak. Cobalah ubah kebiasaan kita, dengan mengajak orang tua kita bermain bersama kita, mengajak berjalan-jalan ke suatu tempat, atau berkegiatan di luar lainnya yang mana adalah faktor ajakan kita sendiri. Tentunya, orang tua kita akan sangat bahagia.

Iya, begitulah yang ingin penulis sampaikan. Prasangka memang hal yang sangat sederhana. Mudah diucapkan. Mudah dipikirkan. Mudah buat dibayangkan. Namun, efeknya luar biasa, bahkan seringkali tak disangka-sangka. Prasangka memang tidak mudah untuk dipisahkan dari kehidupan manusia. Kehidupan manusia ini sangat kompleks, sehingga ketika kita memisahkannya satu-per-satu, maka bagi penulis akan tercipta deret infinite yang kita tidah akan tahu akhirnya, sebelum kita tahu range deret tersebut, agar menjadi finite.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas saran, kritik, komentar dan tanggapan dari kalian. Semoga bisa menjadikan blog ini semakin baik.