Selasa, 14 Juni 2016

Beragam Media Sosialnya, Beragam Manusianya


(MedSos : Berkah atau Musibah bagi Toleransi dan Keberagaman?)

sumber : http://forum.viva.co.id/indeks/threads/15
-permainan-tradisional-agar-anak-lebih-aktif-bag-1.1977845/
Masa kecilku adalah masa yang penuh makna. Mengapa demikian? Karena masa kecilku menyimpan banyak memoriMemori akan indahnya puisi-puisi hina yang dilontarkan oleh sekian banyak manusia yang turut mengambil peran membentuk pelangi kehidupanku. Satu per satu warna itu terus diukir di langit harapan itu. Puisi-puisi hina itu memang menyayat hati di kala dulu, namun jika ku coba kembali membuka klise jadul itu, aku menuai sebuah nilai kehidupan. Nilai yang sangat langka, yang mungkin Tuhan takdirkan hanya kepada beberapa orang untuk menerimanya, dan salah satunya adalah aku.


Aku.
Aku bukanlah warga Indonesia asli, begitulah bisa ku sampaikan. Hal ini terjadi, karena ayah dan ibuku merupakan warga keturunan etnis Tionghoa. Kehidupanku dahulu, tidak layaknya kehidupanku yang sekarang ini. Sebagai anak dari seorang keturunan etnis ini, aku menerima banyak pelajaran baru dalam kehidupanku. Dari rasa sabar, rendah hati, ikhlas dan rasa-rasa lainnya yang tidak dapat aku sebutkan satu per satu. Semua ini menjadi kenangan dalam album kehidupanku.


Aku mencoba untuk membuka album itu, dan aku menemukan kondisiku dahulu diejek oleh temanku dengan sebutan “cina lole” – entah apa artinya, aku belum mengetahuinya sampai detik ini –,  di sampingnya ku tautkan kenangan mengenai begitu banyak orang yang melempariku dengan petasan di kala Ramadhan, belasan tahun silam, dan sedikit ku lirik mengenai banyaknya teman-temanku yang melempari rumahku dengan petasan di pagi-pagi sahur. Itulah Merah-Jingga dalam pelangi kehidupanku. Tidak begitu susah untuk dilupakan, namun ini pelajaran yang sangat berharga bagiku.

Penggalan kisah kehidupanku ini kupersembahkan dalam tulisan ini. Mungkin tidak terlalu dramatis atau mungkin sangat berlebihan. Penggalan kisah ini memberikanku satu nilai yang tidak akan pernah aku lupakan dalam kehidupanku yaitu KEBERAGAMAN. Keberagaman membangun salah satu sisi kehidupanku. Puisi-puisi yang mereka lontarkan memang tidaklah sepedih kenyataan yang ada. Masih ada banyak peristiwa yang mungkin lebih mengiris hati para pembaca. Namun, biarlah semuanya itu hanya menjadi kisah dalam buku diary-ku.

KE-BE-RA-GA-MAN, Layaknya Kita Menentukan Siapakah Orangtua Kita di Dunia?
sumber : http://sinarharapan.co/news/read/140903148/
etika-kebersamaan-dalam-keberagaman
Keberagaman. Itulah nilai yang ingin kukembangkan pada siang hari ini. Sejak kecil, aku menerima kata-kata mutiara caci, dan mulai disitulah aku belajar bahwa keberagaman memang patut untuk diutamakan. Aku sadar bahwa aku perlu dihargai, maka di situlah aku perlu menghargai. Keberagaman adalah takdir kehidupan. Apakah ada manusia yang dapat menentukan siapa ayah dan ibunya nanti, ketika dirinya masih dalam kandungan?

Tentunya, tidak ada. Semua keberagaman lahir dengan alamiah. Seorang Mantan Presiden RI, Gus Dur pernah berkata bahwa keragaman adalah keniscayaan akan hukum Tuhan atas ciptaan-Nya. Oleh karena itu, keberagaman adalah salah satu aset kehidupan yang patut dijunjung tinggi dan dihargai.

Keberagaman tidak akan hilang. Bahkan, dalam perkembangan teknologi yang mutakhir saat ini, keberagaman telah ikut terbawa di dalamnya. Salah satu diantaranya adalah dalam Media Sosial. Salah satu akses yang menghubungkan setiap manusia dengan mudah tanpa mengenal batas ruang dan waktu. Media yang memberikan semua informasi terkini dan teraktual dengan sangat cepat. Tak terkecuali mengenai keberagaman sosial dan budaya yang ada di masyarakat. Melalui media sosial atau yang akrab disapa Medsos, segala keberagaman sosial dan budaya dilebur menjadi satu dengan tidak meninggalkan keanekaragaman tersebut.

Nilai ini seakan terbingkai rapi bersama dengan kemajuan medsos yang digandrungi oleh banyak kaum muda. Mulai dari Facebook, Twitter, Instagram, Path, Ask.fm, Line, WhatsApp dan berbagai medsos lainnya menyimpan nilai keberagaman itu. Sebagai contoh, adalah bagaimana WhatsApp dan Line dapat mengumpulkan orang-orang dari berbagai karakteristik dalam satu grup untuk berkomunikasi dan saling bertukar pemikiran. Bagaimana media sosial tersebut memberikan informasi-informasi berkaitan dengan suatu keyakinan untuk mengingatkan umatnya, sembari juga memperkenalkan hal tersebut kepada orang lain, sehingga rasa toleransi dapat terus ditingkatkan. Media sosial memang menyimpan banyak manfaat di dalamnya, tinggal bagaimana masyarakat - sebagai pengguna (user) - memanfaatkannya. Akan menjadi baik, jika kita pergunakan dengan baik, begitu juga sebaliknya.

Media Sosial Menyimpan Nilai Kemasyarakatan
sumber : https://m.tempo.co/read/news/2014/01/04/172542116/
persaingan-media-sosial-makin-sengit-di-2014
Masyarakat Indonesia adalah manusia yang sangat heterogen. Hal ini membuat keberagaman menjadi suatu topik yang marak dibicarakan, tak terlepas juga di media sosial itu sendiri. Keberagaman merupakan satu pokok pembahasan yang sangat sentimentil, terlepas dari semua pemahaman akan keberagaman berdasarkan keyakinan masing-masing.

Nila setitik, rusak susu sebelanga, mungkin inilah kata pepatah yang tepat untuk menggambarkannya. Sedikit sumbu api disulut, maka kebakaran dapat terjadi dimanapun, dan siapapun bisa menjadi sasarannya. Lahirnya media sosial, rupanya juga tidak terlepas jauh dari hal ini. Jika kita amati dengan cermat, akan ada banyak komunitas-komunitas radikal bermunculan di media sosial, bahkan mereka memanfaatkan media sosial untuk berinteraksi sebagaimana mestinya. Hal ini tidaklah salah, karena mereka juga memiliki kebebasan akan hal itu, selama mereka tidak mengganggu masyarakat.

Dunia telah membuka diri terhadap perkembangan teknologi sampai saat ini, dan ini memang sudah menjadi konsekuensi kita bersama. Kita sebagai warga pengguna media sosial sudah sepatutnya saling menjaga satu sama lain. Media sosial sejatinya hanya sebuah sarana yang diciptakan untuk mempermudah dan membantu aktivitas kehidupan manusia. Sehingga, apabila timbul suatu permasalahan dan bahaya dari media sosial, seharusnya yang kita lakukan adalah introspeksi diri bagaimana kita menggunakan sarana media sosial tersebut.




"Artikel ini diikutsertakan dalam Kompetisi Blog yang diselenggarakan oleh ICRS dan Sebangsa".




3 komentar:

  1. Mantap, ... kisah yang menginspirasi ...

    BalasHapus
  2. Good Job, Toy ....

    BalasHapus
  3. Media Sosial ada sisi baiknya. Kita coba gunakan sisi baik tersebut

    BalasHapus

Terima kasih atas saran, kritik, komentar dan tanggapan dari kalian. Semoga bisa menjadikan blog ini semakin baik.